Welcome Myspace Comments

Jumat, 20 Maret 2015

TENSILE TEST



ABSTRAK
Dalam dunia industri banyak digunakan mesin-mesin yang bekerja selama berjam-jam bahkan tanpa berhenti. Oleh karna itu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen mesin agar berfungsi secara maksimal dan tetap optimal. Maka dari itu diperlukan metode Destructive testing untuk mendeteksi kerusakan, kekuatan dan daya tahan suatu mesin dalam dunia industri. Dalam praktikum destructive test ini akan dilakukan dalam percobaan tensile untuk mengetahui properties dari material mesin-mesin industri.
Setelah melakukan praktikum destructive testing ini diharapkan para praktikan mampu mengerti tentang sifat-sifat material dari beberapa percobaan yang dilakukan.

















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjukan properties suatu material dengan melakukan serangkaian percobaan. Prinsip dasar yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah dengan destructive testing yang dilakukan dengan cara menguji material lewat penarikan spesimen sampai putus. Aplikasi umum dari percobaan ini adalah pengujian kekuatan suatu material dan beberapa sifat material lainnya.

1.2  Perumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengetahui, memahami, dan melakukan uji tarik yang benar pada suatu material?
2.      Bagaimana mengetahui sifat-sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik?

1.3  Tujuan Praktikum
1.      Mengatahui, memahami, dan dapat melakukan uji tarik yang benar pada suatu material.
2.      Mengetahui sifat-sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik.

1.4  Batasan Masalah
Pada praktikum maupun dalam penulisan laporan ini hanya akan dilakukan pada spesimen Baja AISI 1040 dan Aluminium Alloy 2024. Dan standarirasi spesimen adalah JIS Z 2201 sedangkan metode pengujian JIS Z 2241.

1.5  Sistematika Laporan
Sistematika laporan pada penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika laporan.
BAB II DASAR TEORI, berisi tentang dasar-dasar teori yang akan digunakan dalam praktikum.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN, berisi tentang peralatan yang digunakan selama praktikum dan langkah-langkah percobaan.





BAB II
DASAR TEORI
 Uji Tarik Uji tarik adalah cara pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana serta tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTEMED dan Jepang dengan JIS 2241. Pengujian tarik ini adalah salah satu pengujian mekanik yang paling terkenal dan  banyak di butuhkan untuk data-data material terutama sifat mekanik untuk keperluan engginering (rekayasa). Besaran-besaran atau data yang mendapatkan dari pengujian ini adalah modulus elastisitas, kekuatan tarik, kekuatan mulur, kekuatan patah, ketangguhan, dan renggangan. Pada perinsip pengujian tarik adalah batang specimen harus di sesuaikan dengan standar seperti (ASTM, JIS, DIN, SNI). Batang uji ada yang berbentuk silindris dan berbentuk  plat yang di tarik dengan beban statik sampai putus. Dari pengujiaan ini di dapat suatu kurva
hubungan beban tarik(F), terhadap perpanjangan specimen(∆L). Kurva ini yang kemudian akan di konversikan menjadi kurva tegangan teknik vs renggangan teknik(T-e) dan digunakan untuk mendapatkan sifat mekanik logam yang akan di uji. Adapun data yang kemudian dimaksud adalah kekuatan tarik, kekuatan mulur, elongasi, dan pengurangan luas penampang dan sifat-sifat mekanik material lainnya. Kurva tegangan renggangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang di dapatkan. Diagram kurva tegangan renggangan sangat di butuhkan dalam pengujian tarik, karena untuk menganalisis suatu material yang di uji tarik.
Dari kurva uji tarik dan renggangan renggangan di peroleh dari hasil pengujian akan di dapatkan beberapa sifat mekanik yang di miliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain :
a.Kekuatan tarik
b.Kekuatan luluh
c.Kekuatan dari material
d.Modulus elastistas
e.Kelentingan
f.Ketangguhan
Penjelasan mengenai sifat-sifat mekanik :
a.       Kekakuan        : kemampuan material untuk mempertahankan bentuknya dari deformasi plastis.
b.      Resilien           : kemampuan material untuk menyerap energi tanpa mengakibatkan deformasi plastis.
c.       Kekuatan         : kemampuan material untuk menerima tekanan tanpa putus.
d.      Keuletan          : kemampuan material untuk dideformasi tanpa mengakibatkan putus.
e.       Ketangguhan   : kemampuan suatu material dalam menerima atau menyerap energi dan berdeformasi tanpa mengakibatkan putus.
f.       Kekerasan       : kemampuan material dalam menerima penetrasi, goresan atau pengikisan.
g.      Kelenturan      : kemampuan suatu material dalam menerima beban dan kembali ke bentuk awalnya saat beban dihilangkan.
h.      Plastis              : kemampuan suatu material dalam mengalami deformasi permanen sebelum patah.
i     Mulur              : kecenderungan logam mengalami deformasi plastis apabila diberi beban dalam waktu tertentu.
j.        Fatigue                        : kemampuan suatu material dalam menerima beban secara terus-menerus.






























BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
1. Mesin Trik Wolfert Tensile-Bending dengan kapasitas maksimal 300 kg
2. Jangka Sorong dengan ketelitian 0.1 mm
3. Milimeter block
4. Marker

3.2 Langkah-Langkah Percobaan
1. Catat data mesin tarik.
2. ukur dimensi spesimen (panjang awal, gauge length awal, diameter awal, luas spesimen awal) dengan menghitung nilai rata-rata dari 3 kali pengukuran.
3. sebelum spesimen dipasang pada mesin tarik , buatlah grip pada plain end (shouldered end, threaded end, pin end, dan weld end) agar pada saat ditarik spesimen tidak mengalami slip.
4. spesimen dipasang pada penjepit.
5. atur skala pembebanan.
6. kertas grafik dan pena dipasang.
7. Pemberian pembebanan.
8. selama penaikan perhatikan perubahan yang terjadi pada spesimen maupun grafik (besarnya beban yield, perpanjangan saat yield, beban maksimum, perpanjangan saat beban maksimum, beban saat patah, dan perpanjangan saat patah.)
9. setelah patah, spesimen dilepas dari penjepit.
10. kedua bagian spesimen yang patah disatukan kembali, kemudian diukur dan dicatat dimensi spesimen setelah patah (panjang spesimen akhir, gauge length, diameter akhir, luas spesimen akhir, yield strength, elongation, reduction area).





BAB IV
PEMBAHASAN
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material, khususnya logam. Cara melakukan pengujian tarik yang baik dan benar adalah dengan yang pertama melihat standart uji dan standart bahan yang dipakai saat pengujian. Dari standart uji di dapat kriteria-kriteria tertentu dalam melakukan uji tarik sehingga sesuai dengan ketetapan pengujian yang ada. memahami uji tarik sangat penting kaitannya dalam menentukan properties suatu material, pemahaman itu sendiri dapat dimengerti setelah pertama-tama praktikan mengetahui langkah-langkah beserta bahan-bahan yang diperlukan selama praktikum berlangsung. Serta pengetahuan tentang uji tarik itu sendiri merupakan salah satu destructive testing yang dilakukan dengan menarik material sampai putus hingga dapat diketahui sifat-sifat materialnya dari grafik hasil pengujian.
Sifat-sifat mekanik suatu material dan penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.      Kekakuan / stifness     : kemampuan material untuk mempertahankan bentuknya dari deformasi plastis.
2.      Resilien                       : kemampuan material untuk menyerap energi tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi plastis.
3.      Keuletan                      : kemampuan material untuk dideformasi tanpa mengakibatkan patah.
4.      Kekuatan                     : kemampuan material untuk menerima tekanan tanpa putus.
5.      Ketangguhan               : kemampuan material untuk menyerap energi tanpa mengakibatkan patah.
6.      Kekerasan                   : kemampuan material dalam menerima goresan, penetrasi, dan pengikisan.
7.      Kelenturan                  : kemampuan material untuk kembali ke dimensi atau bentuknya yang semula setelah beban dihilangkan.
8.      Plastis                          : kemampuan material untuk mengalami deformasi permanen sebelum terjadi patah.
9.      Mulur                          : kecenderungan material mengalami deformasi plastis apabila diberi beban dalam waktu tertentu.
10.  Fatigue                                    : kemampuanmaterial dalam menahan beban secara terus-menerus.
Dari semua sifat material di atas, akan bisa didapatkan seberapa besarnya setelah mendapat tabel hasil percobaan seperti di bawah ini. Setelah tabel diketahui, mencari berbagai macam sifat material akan mudah dilakukan.



Tabel pengamatan 1.1
Data
Baja
Alumunium
Sebelum Percobaan
Standar Pengujian
JIS Z 2241
JIS Z 2241
Standar spesimen
JIS Z 2201
JIS Z 2201
Panjang spesimen awal (mm)
256.5
256.5
Gauge lenght awal (mm)
51.3
48.7
Diameter awal (mm)
12.9
14.4
Luas spesimen awal (mm2)
130.75
161.42
Saat Percobaan
Beban lumer, Py (kN)
75.072
21.15
ΔL saat yield (mm)
4.94
0.8
Beban maksimum, Pu (kN)
81.6
56.4
ΔL saat patah (mm)
9.1
3.2
Sesudah Percobaan
Panjang spesimen akhir (mm)
265.6
259.7
Gauge length akhir (mm)
64.8
58.8
Diameter akhir (mm)
9
9.5
Luas spesimen akhir (mm2)
63.64
70.91
Yield (kg/mm2)


Elongation % A atau (mm/mm)
24%
20%
Reduction area, Ψ %
51%
56%

Pembahasan mengenai satu per satu mengenai properties material adalah sebagai berikut :
A.    Modulus Elastisitas
Sebelumnya mari mengetahui terlebih dahulu besar modulus young yang sangat berperan penting dalam daerah deformasi elastis.Besarnya modulus young dapat dirumuskan sebagai berikut :
E = σ / ε
Modulus young merupakan garis lurus yang berada di daerah elastis dimana perbandingan tegangan- regangannya selalu sama.
Pada baja, besarnya modulus young :
E = 1 x 1.6 (kN) / 130.75 mm2                        = 6121 N/mm
            0.38 / 265.6 mm
Pada alumunium, besarnya modulus young :
E = 1 x 2.35 (kN) / 161.42 mm2                      =  1.88 N/mm
0.2  / 259.7 mm
B.     Kekuatan tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength).
1.      Kuat tarik
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
Untuk baja -------------------à Tu = Pu/Ao = 81.6/ 130.75 = 0.62 kN/ mm2
Untuk alumunium ----------à Tu = Pu/Ao = 56.4/ 161.42 = 0.35 kN/mm2
2. Kuat Luluh
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan sebagai berikut:
Ys = Py/Ao
Untuk besi                   Ys = 75.072/130.75 = 0.57 kN/mm2
Untuk aluminium        Ys = 21.15/161.42 = 0.13 kN/mm2
C.    Keuletan dari material
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke bentuk semula. Dapat dicari dengan dua metode, satu dengan persentase elongation yang kedua adalah dengan persentase penambahan luasan. Dalam laporan ini akan digunakan persentase elongation untuk menentukan keuletan. Jadi besar keuletan adalah 24 % untuk baja, dan 20 % untuk alumunium.
D.    Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo.
Uo = ½ x tegangan yield x regangan yield ----à ½ x 0.57 x 0.02 = 0.0055 kN/mm2
E.     Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan adalah perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
Berarti dapat dirumuskan bahwa ketangguhan adalah 0.62 kN/ mm2 / 24% = 2.58 kN/mm2 untuk baja. Dan 0.35 kN/mm2 / 20% = 1.75 kN/mm2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut